Friday, September 2, 2016

Satu Sudut Pandang Kolonialisme Atas Papua


Sistem politik dan pemerintahan Indonesia adalah kunci kolonialisme di Papua. Melalui  sistem politik dan pemerintahannya, Indonesia secara sistematis dan masif memasuki ruang-ruang yang tidak mampu dimasuki oleh kelompok pejuang kemerdekaan Papua, ditambah lagi jika para pejuang berkompromi dengan hal itu. Sehingga perjuangannya masih terlihat konvensional, klasik, dan mudah ditebak.
Sebaliknya Indonesia adalah negara besar yang didirikan oleh para revolusioner yang setelah merebut kemerdekaan, mereka menerapkan suatu sistem bernegara yang tidak disangka oleh negara manapun, yaitu negara kesatuan berbentuk republik. Founding father’s Indonesia mampu mengelaborasi model politik pemerintahan tradisional (Jawa) dan dunia. selain itu Mereka juga berani merubah sistem pemerintahan, konstitusi, untuk mendapatkan formula yang tepat untuk menjalankan pemerintahan.
Mereka kuat karena sistem politik dan pemerintahannya. Sejarah mencatat bahwa setiap perubahan pemerintahan dan konstitusi Indonesia hanya untuk mensiasati disintegrasi bangsa yang terus mengancam negara dan kepemimpinan Presiden Soekarno. Walaupun akhirnya Soekarno jatuh dari tampuk kekuasaan, pemerintahan dan politik Indonesia tetap pada posisi yang stabil. Sebab kepemimpinan yang ada hanya dipindatangankan pada kelompok agamis dan nasionalis, yang tidak setuju dengan politik internasional Soekarno.
Sehingga tidaklah mengherankan, jika Indonesia dijuluki sebagai negara dunia ketiga, negara miskin, negara boneka kapitalis. Bagi kaum nasionalis konservatif, Indonesia cukup menjadi sebuah negara berdaulat, dan diakui keberadaanya, itulah terpenting. Berbagai sindiran, hinaan dan cacian tidak lagi berguna, karena ratusan tahun kedepan, mereka menganggap Indonesia pasti tetap utuh dari Sabang sampai Merauke.
Neo kolonialisme
Kita harus sadari bahwa ini adalah era neo kolonialisme Indonesia. Suatu sistem penjajahan yang tidak lagi identik kerja paksa, invasi militer, dan berbagai praktek kasar kolonial lainnya. Sebab praktek kolonialisme hari ini adalah menaklukan suatu wilayah dengan memegang kendali atas sistem pemerintahan dan politiknya (imperialisme).
Indonesia boleh saja ditertawakan karena  pengaruh asing yang kuat dalam setiap kebijakan nasionalnya. Namun secara efektif nusantara berhasil dikuasai dengan praktek imperialisme berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Suatu sistem yang sangat sentralistik bagi negara kepulauan, yang merdeka sejak Agustus 1945.
Pada akhirnya, 1 Mei 1963 UNTEA menyerahkan Papua (Irian Barat) kepada Repubik Indonesia. Sejak itu pemerintahan nasional Indonesia di Papua berlangsung berdasarkan penetapan Presiden Republik Indonesia, dengan mengangkat gubernur Irian Barat pertama Eliezer Jan Bonay. Praktis sejak saat itu, kolonialisme Indonesia menancapkan kekuasaanya di Papua melalui pemerintahan Provinsi Irian Barat.
Maka kembali ke pernyataan saya di atas, bahwa pemerintahan dan politiklah kunci kolonialisme di Papua. Sebab ketika pengukuhan Eliezer bonay putra asli Papua sebagai gubernur maka secara politik Indonesia berhasil menguasai orang asli Papua.
Tidak ada cara lain untuk menjajah Papua selain menciptakan sistem pemerintahan dan menjadikannya sebagai perangkap. Semua orang asli Papua, menjadi pragmatis, dan tidak kritis. Tidak memiliki keyakinan bawah rakyat di Tanah Papua mampu hidup lebih bermartabat, dan manusiawi dari pada saat ini. Hal itu disebabkan sistem politik dan pemerintahan Indonesia, telah membentuk pola pikir orang asli Papua yang keliru, tidak lagi berjiwa sosial, tetapi hanya memikirkan keuntungan pribadi, kelompok, dan suku.
Sentralisasi sistem pemerintahan dan politik Indonesia telah menguasasi seluruh sendi-sendi kehidupan. Para pejabat dalam sistem Indonesia, tidak akan mampu berbuat banyak untuk Papua. Jangankan untuk politik kemerdekaan, untuk kesejahteraan saja adalah mustahil. Sebab 100 tahun lagi Indonesia akan tetap menjadi negara miskin yang dikuasai asing, ini sebuah sistem yang mereka ciptakan sendiri.
Sebab jika Indonesia serius mensejahterakan rakyat nusantara, maka ada banyak hal yang akan di rombak dari sistem politik dan pemerintahannya, itu berarti memperlemah kekuasaan negara. Dalam sejarah Indonesia, praktek sentralisasi pernah dirubah menjadi otonomi seluas-luasnya, bahkan harus berujung pada republik Indonesia serikat (RIS) yang diterapkan hanya satu tahun (1955). RIS tidak dapat bertahan, sebab dianggap memperlemah pengaruh Jakarta ke semua wilayah Nusantara.
Untuk Papua, bukti paling nyata adalah kegagalan UU Otsus Papua tahun 2001 karena kebiajakan setengah hati. UU pemerintahan No 32 Tahun 2004 yang berlaku secara nasional, tidak menjamin  hak-hak daerah yang lebih subtansial. Untuk urusan politik saja, sampai hari ini tidak ada partai politik lokal di Indonesia (kecuali Aceh dengan konflik bersenjata hingga perjanjian Helsinski).
Itulah bukti, bahwa partai politik nasional adalah alat politik, untuk memegang kendali kekuasaan pusat, hingga pemerintahan di daerah (kabupaten,kota, distrik, kampung). Kekuasaan Indonesia hanya akan berputar-putar disekitar elit, pengusaha, partai, koalisi partai, yang ada di Jakarta. Elit politik di Papua hanya akan seperti “Wayang” yang di permainkan “Dalang”.
Tidak ada cara lain membuat partai nasional kecuali penduduk Indonesia dengan kekayaan luar biasa, karena dengan kekayaanlah dapat memenuhi persyaratan Undang-undang. Sebab persyaratan pembentukan partai politik harus nasional, ada di seluruh kabupaten/kota, distrik. otomatis membutuhkan biaya yang besar, Itu tujuannya.
Sistem kolonial ini menjadikan TNI/POLRI  hanya sebagai alat dalam sistem politik negara. Siapa yang pimpin negara, dia adalah panglima tertinggi dari seluruh Jendral di semua angkatan Militer. Strategi kolonial ini jauh lebih efektif untuk menjajah Papua ketimbang militer (walaupun ada berbagai operasi militer). Tetapi  sistem politik dan pemerintahan Indonesia adalah penakluk utama orang Papua.
Sistem ini membuat ketergantungan yang sangat tinggi kepada kekuasaan negara. Sebab rakyat Papua dimiskinkan dengan sengaja. Saya ambil contoh politik “Beras” dalam sebuah riset. pada awal tahun 90-an rakyat Papua masih menjadikan sagu sebagai makanan utama, “beras” hanya sebagai pelengkap. Tetapi memasuki 2000-an, Ketergantungan rakyat Papua kepada “beras” sangat tinggi. Ini adalah cipta kondisi negara kepada rakyat Papua. Rakyat menjadi miskin, dipaksa bekerja mencari uang untuk membeli beras. Sagu mulai susah didapat karena tidak di produksi, Hutan sagu di gusur untuk dijadikan lokasi perumahan, pasar, jalan, dan sebagainya.
Kalau kita kembali berbicara kekuasaan partai? Atau semua organisasi yang mengamalkan pancasila di dalam AD/ART-nya? Tugas organisasi tersebut adalah mendidik rakyat Papua,  generasi muda Papua, untuk melihat Indonesia sebagai suatu negara yang perlu di tata dan perbaiki. Sangat klasik, negri kaya raya tetapi sangat miskin, butuh pemimpin baru, dan generasi baru, ini hanya sebuah doktrin penjajahan terhadap manusia Indonesia, terlebih khususnya Papua.
Sangat sistematis Indonesia menjajah Nusantara. Sebuah penjajahan tanpa perlawanan yang berarti. Inilah hegemoni Indonesia di Papua.
Sadar dan Melawan
                Menurut saya tidak ada istilah perjuangan dalam sistem. Seperti yang biasa di lontarkan oleh oknum pejuang atau aktivis kemanusian lain di Papua. Bagi saya itu adalah sebuah kekalahan dan ajakan sesat di antara orang Papua. Sebab,  Papua dijajah dengan sangat sistematis oleh Indonesia.
Kita harus keluar dari pola pikir seperti itu. Perjuangan kemerdekaan adalah perjuangan kemerdekaan, tidak ada cara mencapainya dengan tunduk dalam konsep Indonesia. Tidak ada alasan juga untuk menipu dan merubah pola pikir itu.
Dalam perjalanannya seharusnya kita mampu melawan inkonsistensi itu, apapun bentuknya. Ketika dalam jiwa masih mempercayai sistem kolonial Indonesia. Untuk memperkuat sistem Indonesia di Papua, kita akan turut memusnahkan seluruh tanah air ini.
Ini sangatlah penting, sebab rakyat Papua itu harus didik, disadarkan untuk melihat siapa itu Indonesia sebenarnya. Rakyat tidak bisa di didik, untuk dimanfaatkan. Sebab mereka harus hidup di atas tanah mereka ribuan tahun kedepan, bukan 50 tahun lagi.
Yah sudahlah..
Catatan ini hanya sebuah sudut pandang...Apabila terdapat kesalahan  atau perbedaan pandangan, yah sudahlah..

Yason Ngelia
Patria Or Muerte

No comments:

Post a Comment