Saturday, May 14, 2016

BAGAIMANA AKU MENJADI SEORANG SOSIALIS

Fidel Castro

Aku adalah seorang tuan tanah, itulah salah satu alasanku menjadi seorang reaksioner. Aku dididik di sekolah-sekolah religius yang para siswanya adalah anak-anak orang kaya, ini alasan lain mengapa aku menjadi seorang  yang reaksioner. Aku tinggal di Kuba, tempat semua film, dipublikasi, dan semua media masa berlebel “Made In USA”, alasan ketiga mengapa aku menjadi seorang reaksioner.
Aku belajar di Universitas yang disesaki oleh 15 ribu mahasiswa, hanya 30 mahasiswa yang anti imperialis, dan pada akhirnya aku menjadi salah satu dari jumlah yang sedikit itu. Ketika
aku masuk universitas itu, aku adalah anak seorang tuan tanah-dan membuat masalahnya kian buruk, aku adalah orang yang buta huruf secara politis!
Bayangkan, tidak ada anggota partai, komunis, sosialis, ataupun eksrtimis, yang merangkul dan mendoktrinku. Tidak ada. Aku adalah sebuah buku teks yang besar, berat, menjemukan, tak terbaca, dan enteng yang berusaha menjelaskan ekonomi politik dari cara pandang seoran borjuis. Mereka bilang begitulah ekonomi politik!
Buku enteng itu menunjukan krisis over produksi serta problem-problem lainya sebagai hal-hal yang paling alamiah di dunia ini. Itulah yang menjelaskan bagaimana di Ingris, ketika ada segunung batu bara, ada para pekerja yang tidak mengalami krisis over produksi, yang muncul tak terelakan karena kelaziaman yang tak bisa ditawar-tawar lagi, dan hukum-hukum yang tak mungkin berubah dalam sejarah, masyarakat dan alam. Ketika mereka mengalaminya, merekapun mengangur dan keleparan. Ketika muncul terlampau banyak batu bara, para pekerja malah kedinginan dan keleparan!
Begitulah anak si tuan tanah, yang didik oleh sekolah-sekolah borjuis dan propaganda-propaganda Yankee, mulai berfikir bahwa ada yang salah dengan sistem itu, yaitu membuatnya tidak masuk akal sebagai anak yang miskin kemudian menjadi tuan tanah besar, aku merasa mempunyai keuntungan dengan tinggal di pedesaan bersama para petani, orang-orang miskin, yang semuanya adalah kawan-kawanku. Karena akulah yang tertua dari anak seorang tuan tanah, inilah yang membuat ayahku ingin agar aku tinnggal di Ibu Kota. Berada dilingkungan superaristokratik dan itu bisa menjadi faktor-faktor posistif bagiku yang tidak mampu bertahan dari pengaruh ligkungan pergaulan. Egoisme dan sifat negatif kita sebagai manusia akan mengemuka.
Untungnya, sekolah-sekolah tempatku belajar mengembangkan beberapa faktor positif, suatu rasionalitas idealistis, konsep tentang  baik dan buruk, adil dan tidak adil. Semangat pemberontakan melawan ketidakadilan dan penindasan telah mendorongku untuk mempelajari analisis tentang masyarakat dan membelokan aku pada apa yang kemudian aku sadari sebagai suatu masyarakat komunis utopian. Pada waktu itu aku masih tidak cukup beruntung bertemu dengan orang paham komunis atau membaca sebuah dokumen komunis. Kemudia pada suatu hari sebuah salinan dari manifesto komunis yang terkenal itu-jatuh ke tanganku, dan aku membaca beberapa hal yang tidak aku lupakan. Paragraf-paragraf adalah kebenaran, kita melihat kebenaran itu setiap hari!
Aku merasa seperti bintang kecil yang terlahir di suatu hutan yang tidak diketahui. Kemudian,  tiba-tiba, dia menemukan sebuah peta hutan itu, seuatu deskripsi, geografis hutan itu dan segala hal yang berada di dalamnya. Itulah yang kemudian membuatku mendapatkan tempat berpijak.
Lihatlah sekarang dan lihatlah karena ide-ide Marx tidak hanya mengoreksi dan memberikan ilham. Jika kita tidak berlandaskan perjuangan pada ide-ide Marx, maka kita tidak akan berada dsini sekarang! Kita tidak akan berada disini!
Lantas, apakah aku seorang komunis? Tidak. Aku adalah suatu manusia yang cukup beruntung mempelajari suatu teori politik, seorang manusia yang terperangkap di dalam  pusaran arus krisis politik Kuba lama sebelum menjadi seorang komunis dewasa.
Aku terus berkembang . aku mempunyai kesempatan untuk mebgetahui imperialisme secara lebih kongkrit dari pada mengatahuinya melaui buku Lenin. Aku meahami imperialisme, yang paling buruk dan paling agresif. Aku yakin hidup telah memberikan pemahaman yang lebih baik tentang realitas. Inilah yang membuatku menjadi revolusioner, lebih sosialis, lebih komunis.

Saya menulis kembali dari buku berjudul “Menjadi Kiri itu seksi”. Penerjemah: M.Rodhi As’ad
Hanya untukmu kawan,

Salam

Patria o Muerte
Yason Ngelia


Jakarta, Mei 2016

2 comments: