Che
Guevara (1965)
Artikel ini di
tulis dalam bentuk sebuah surat yang ditujukan kepada Carlos Quijano, editor
Marcha, majalah mingguan independen yang radikal di Montevideo, Uruguay.
Guevara menulisnya saat dalam perjalanan ke luar negeri selama tiga bulan, saat
mana ia berpidato di sidang umum perserikatan bangsa-bangsa dan mengunjungi
sejumlah negara di Afrika. Artikel ini dipublikasikan, pada tanggal 12 Maret
1965 di majalah Marcha, dan tanggal 11 April 1965 di majalah Verde Olivo.
Kawan tercinta:
Meskipun terlambat, saya tetap berusaha menyelesaikan catatan ini dalam rangkaian perjalanan saya ke Afrika, dengan harapan bisa memenuhi janji saya. Saya akan menuliskan tema yang dinyatakan oleh judul di atas. Saya kira, itu menarik bagi para pembac a di Uruguay.
Meskipun terlambat, saya tetap berusaha menyelesaikan catatan ini dalam rangkaian perjalanan saya ke Afrika, dengan harapan bisa memenuhi janji saya. Saya akan menuliskan tema yang dinyatakan oleh judul di atas. Saya kira, itu menarik bagi para pembac a di Uruguay.
Pendapat umum
yang dilontarkan dari mulut juru bicara kaum kapitalis, dalam rangka perang
ideologi menentang sosialisme, yakni bahwasanya sosialisme, atau periode
pembangunan sosialisme seperti yang sedang kami laksanakan di Kuba ini,
ditunjukkan oleh, penghapusan individu atas nama negara. Saya tidak akan
berusaha menolak pendapat tersebut semata-mata berdasarkan argumen teoritik,
melainkan dengan menunjukkan fakta-fakta sebagaimana adanya di kuba dan
selanjutnya memberi tambahan komentar umum. Ijinkanlah sekarang saya memaparkan
sejarah perjuangan revolusioner kami sebelum dan sesudah berhasil merebut
kekuasaan.
Sebagaimana
telah diketahui, tanggal tepatnya dimulainya perjuangan revolusioner --yang
mencapai puncaknya pada 1 Januari 1959--adalah tanggal 26 Juli 1953. Sebuah
kelompok yang dipimpin oleh Fidel Castro menyerang barak Moncada di Propinsi
Oriente pada pagi hari tanggal tersebut. Serangan itu gagal, kegagalan itu
menjadi sebuah malapetaka; dan mereka yang hidup dijebloskan ke dalam penjara,
dan memulai kembali perjuangan revolusioner setelah mereka dibebaskan melalui
sebuah amnesti.
Dalam proses
ini, dimana yang ada baru berupa benih sosialisme, manusia merupakan faktor
fundamental. Kita meletakkan kepercayaan kita padanya--individual, khas, dengan
nama pertama dan akhirnya--dan kemenangan atau kegagalan missi yang
dipercayakan padanya bergantung pada kapasitasnya untuk aksi.
Selanjutnya
tibalah tahap perjuangan gerilya. Perjuangan ini berkembang dalam dua
lingkungan yang berbeda: rakyat, massa yang masih tertidur yang harus
dimobilisasi; dan pelopornya, gerilyawan, kekuatan motor mobilisasi,
pembangkit kesadaran revolusioner dan antusiasme militan. Pelopor ini
merupakan agen katalisator yang membangkitkan kondisi subyektif yang diperlukan
untuk memperoleh kemenangan.
Di sini sekali
lagi, dalam kerangka proletarisasi pemikiran kami, dari revolusi yang
berlangsung dalam kebiasaan-kebiasaan dan pikiran-pikiran kami, individu
merupakan faktor pokok. Setiap seorang pejuang dari Sierra Maestra yang
mencapai jenjang atas dalam barisan kekuatan revolusioner memiliki rekor
tindakan yang luar biasa. Mereka memperoleh jenjang tersebut atas dasar
tindakannya itu. Inilah periode kepahlawanan pertama, dan di situ mereka harus
memikul tanggung jawabnya yang amat berat, untuk tugas-tugas yang amat
berbahaya, dengan tiada kepuasan lain daripada berhasil memenuhi kewajiban yang
dibebankan padanya itu.
Dalam pekerjaan
pendidikan revolusioner, kami seringkali kembali ke tema-tema yang mengandung
pelajaran seperti ini. Sikap pejuang kami diarahkan sebagai manusia masa depan.
Pada bagian
sejarah kami yang lain tindakan dedikasi total pada perjuangan revolusioner
terus-menerus diulang. Selama krisis Oktober dan saat Hurricane Flora
kami menyaksikan tindakan keberanian dan pengorbanan luar biasa yang
ditunjukkan oleh seluruh rakyat. Penemuan metoda melestarikan sikap
kepahlawanan ini dalam kehidupan sehari-hari, dari sudut pandang ideologis,
merupakan salah satu tugas fundamental kami.
Pada bulan
Januari 1959, pemerintahan revolusioner didirikan dengan keikutsertaan berbagai
anggota dari kaum borjuis pengkhianat. Keberadaan Tentara Pemberontak (selanjutnya
diubah menjadi kekuatan bersenjata Revolusioner setelah kemenangan revolusi
1959, pent) sebagai faktor mendasar dari kekuatan yang mengawal
revolusi.
Kontradiksi
serius mulai berkembang. Kontradiksi utama, pada bulan Februari 1959,
diselesaikan ketika Fidel Castro memegang kepemimpinan pemerintahan, mengambil
pos perdana menteri. Proses ini mencapai puncaknya pada bulan Juli tahun yang
sama dengan mundurnya Presiden Urrutia karena tekanan massa.
Dalam sejarah
revolusi Kuba nampak jelas karakternya, watak aslinya, yang secara sistematik
berulang-ulang tampil: massa
Proses yang
bersegi jamak ini bukan, sebagaimana dianggap, jumlah dari elemen-elemen dari
tipe yang sama,layaknya sekumpulan domba,lebih-lebih lagi, disusutkan menjadi
jenis tipe sistem yang dipaksakan dari atas. Benar adanya bahwa ia mengikuti
para pemimpinannya, terutama Fidel Castro, tanpa keraguan. Namun tingkat dimana
para pemimpin itu memperoleh kepercayaan sesungguhnya hasil dari ketepatan
mereka menginterpretasikan keinginan dan aspirasi rakyat dalam arti utuh, dan
dari perjuangan tulus untuk memenuhi janji yang dibuatnya.
Massa
berpartisipasi dalam reformasi agraria dan dalam tugas sulit mengelola
perusahaan-perusahaan negara; yang juga ditunjukkan melalui pengalaman Playa
Giron yang heroik itu, peperangan melawan kelompok-kelompok bandit yang
dipersenjatai oleh CIA; berpartisipasi melalui salah satu keputusan yang amat
penting di jaman moderen selama krisis Oktober; dan saat ini berlanjut terus
bekerja demi membangun sosialisme.
Dipandang dari
luar, nampaknya mereka yang mengatakan tentang adanya subordinasi individu di
bawah negara bisa benar. Massa melakukan tugas-tugas itu dengan antusiame yang
tak ada bandingannya dan menjalankan tugas yang digariskan oleh pemerintah,
apakah itu di bidang ekonomi, kebudayaan, pertahanan, olah raga, dsb.
Inisiatif muncul
dari Fidel atau dari komandan tinggi revolusioner dan dijelaskan kepada rakyat,
yang menjadikannya sebagai miliknya. Dalam beberapa kasus, partai dan
pemerintah mengambil pengalaman lokal dan menggeneralisasikannya, dengan
mengikuti prosedur sama.
Meski begitu,
negara kadang-kadang membuat kesalahan. Pada saat terjadi kesalahan, yaitu
nampak dari menurunnya antusiasme kolektif dikarenakan efek penurunan
kuantitatif pada masing-masing elemen yang menyusun massa. Kerja menjadi lumpuh
hingga mencapai penyusutan jumlah ke tingkat yang tak memadai. Saatnya harus
segera membuat koreksi. Ini terjadi pada bulan Maret 1962, sebagai hasil dari
kebijaksanaan sektarian yang dipaksakan pada partai oleh Anibal Escalante.
Nyata bahwa
mekanisme ini tidak cukup menjamin bagi suksesi tindakan yang bijaksana.
Hubungan yang lebih berstruktur dengan massa amat dibutuhkan, dan kami harus
memperbaikinya di tahun-tahun selanjutnya. Selain inisiatif yang muncul dari
jajaran atas pemerintahan yang telah lakukan, kami sekarang ini menggunakan
metoda intuitif yang muncul dari reaksi umum atas problem-problem besar yang
kami hadapi.
Dalam hal inilah
Fidel seorang pemimpin. Cara khasnya dalam menyatukan dirinya dengan rakyat
dapat ditangkap hanya dengan melihatnya dalam tindakan. Dalam rapat umum
raksasa seseorang dapat mengamatinya bagai dialog antara dua garpu penala yang
saling bergetar menghasilkan suara baru. Fidel dan massa mulai bergetar bersama
dalam sebuah dialog yang intensitasnya makin tumbuh hingga mencapai klimaks
dalam sebuah muara jeritan perjuangan dan kemenangan.
Sesuatu yang
sulit dipahami bagi seseorang yang tidak hidup melalui pengalaman revolusi
adalah keeratan dialektika antara individu dan massa,dimana massa, sebagai
kumpulan individu, saling berinterkoneksi dengan para pemimpinnya.
Beberapa
fenomena seperti ini memang kisa juga dilihat di bahwa kapitalisme, ketika para
politisi nampak mampu memobilisasi opini umum, namun hal itu bukan sebagai
gerakan sosial murni (jika benar-benar murni, maka tidak sepenuhnya benar
mengatakan mereka sebagai kapitalis). Gerakan ini hanya mampu bertahan,
jika orang yang itu mampu terus menjadi ispirasi bagi mereka, atau akan bertahan
selama kekasaran masyarakat kapitalis terus-menerus menciptakan illusi terhadap
rakyat.
Dalam masyarakat
kapitalis, manusia dikontrol oleh hukum tanpa belas kasihan yang berada di luar
jangkauannya. Makhluk manusia teralienasi dan diikat menjadi sebuah masyarakat
oleh sebuah jaringan korda: hukum nilai. Hukum yang berlaku atas seluruh
aspek kehidupannya, yang membentuk perjalanan dan nasibnya.
Hukum
kapitalisme, yang mengelabui dan tak nampak bagi orang kebanyakan, berlaku atas
individu tanpa ia menyadarinya. Ia hanya melihat keluasan horison tanpa batas
di hadapannya. Inilah betapa hal itu dilukiskan oleh kaum propagandis kapitalis
yang mengaku menarik pelajaran dari contoh semacam Rockeffeler --apakah benar
atau tidak-- tentang kemungkinan meraih keberhasilan.
Tumpukan
kemiskinan dan penderitaan yang dipersyaratkan bagi kemunculan seorang
Rockeffeler, dan tumpukan kebejatan yang dikandung dalam kekayaan seperti itu,
digelapkan oleh lukisan tersebut, dan tidak selalu mungkin bagi kekuatan rakyat
untuk melihat secara jernih konsep-konsep hukum kapitalisme ini.
(Sebuah diskusi
tentang bagaimana buruh di negara imperialis secara gradual kehilangan semangat
internasionalisme kelas pekerjanya disebabkan hingga tingkat tertentu oleh
eksploitasi terhadap negara dunia ketiga, dan pada saat yang sama bagaimana
melemahnya semangat perjuangan massa di negara imperialis, bisa dikaji di sini,
namun tema itu di luar sasaran pokok tulisan ini.)
Dalam kasus
apapun jalan menuju kesuksesan di masyarakat kapitalis digambarkan sebagai
perjuangan dengan resiko--resiko dimana, diperlihatkan, seorang individu dengan
kualitas yang baik sajalah yang dapat menghadapinya. Hadiah nampak ada di
kejauhan; dan jalan untuk mencapainya penuh kesepian. Maka selanjutnya, yang
berlangsung adalah persaingan diantara serigala-serigala; pemenangnya akan
muncul dengan ongkos kegagalan lainnya.
Sekarang saya
akan mencoba mendefinisikan individu, aktor dalam drama yang sedang bergerak
dan aneh dari pembangunan sosialisme ini, dalam keberadaan gandanya sebagai
manusia unik dan sekaligus anggota dari masyarakat.
Saya pikir
tempat memulainya adalah memahami kualitas ketidaklengkapannya, sebagai produk
yang belum selesai. Sisa masa lampau dibawanya hingga saat kini dalam kesadaran
individu, dan sebuah kerja yang terus menerus diperlukan untuk mengikis
sisa-sisa itu. Proses ini berlangsung dalam dua sisi. Di satu sisi masyarakat
bertindak melalui pendidikan langsung dan tak langsung; di sisi lain, individu
menyarankan diri bagi proses pendidikan sadar diri.
Masyarakat baru
yang terbentuk harus bersaing secara gigih dengan masa lalu. Masa lampau
tertanam bukan hanya dalam kesadaran individu--dimana sisa sebuah pendidikan
yang secara sistematik diorientasikan ke arah pemisahan individu masih sarat
dikandung--namun juga melalui watak dasar dari transisi itu dimana hubungan
komoditi masih bertahan. Komoditi merupakan sel ekonomi masyaraiat kapitalis.
Selama ia masih ada, efeknya akan menyusup dalam organisasi produksi dan,
konsekuensinya, ke dalam kesadaran.
Marx memaparkan
periode transisi sebagai hasil dari ledakan transformasi dari sistem kapitalis
yang dihancurkan oleh kontradiksinya sendiri. Namun, dalam kenyataan sejarah,
kita menyaksikan bahwa beberapa negara yang ikatan dahannya dengan pohon
imperialisme lemah akan lepas pertama kali --sebuah fenomena yang diramalkan
oleh Lenin.
Di negara-negara
itu kapitalisme telah berkembang secara cukup untuk menciptakan efek yang
dirasakan oleh rakyat dengan satu atau lain cara; namun bukannya kontradiksi
internal kapitalismelah yang menyeburkan semua kemungkinan, menyebabkan sistem
pecah. Perjuangan untuk membebaskan diri dari penindas asing, kesengsaraan yang
disebabkan oleh kejadian eksternal seperti peperangan,yang memberikan
konsekuensi kelas-kelas diuntungkan menyokong kelas-kelas terhisap. gerakan
pembebasan yang bertujuan menggulingkan rejim neokolonialis--inilah faktor
jamak dalam melepaskan jenis eksploitasi seperti ini. Tindakan sadar bekerja
sepenuhnya.
Sebuah
pendidikan lengkap bagi kerja sosial masih belum berlangsung di negara-negara
yang baru membebaskan diri dari neokolonialisme itu, dan kemakmuran masih jauh
dari jangkauan massa melalui proses penyerapan yang sederhana. Di satu sisi,
keterbelakangan, dan biasanya larinya modal ke luar negeri, di sisi lain,
transisi yang cepat tanpa pengorbanan adalah mustahi. Jalan untuk membangun
basis ekonomi, dan godaan untuk sekedar tunduk pada kepentingan material
sebagai ukuran kemajuan pembangunan masih teramat besar.
Ada bahaya bahwa
hutan tak akan nampak karena pohon-pohon. Impian, bahwa sosialisme dapat
dicapai dengan bantuan dari peralatan tumpul yang ditinggalkan kepada kita oleh
kapitalisme (komoditi sebagai sel ekonomi, laba, kepentingan materi individu
sebagai ukuran, dsb.) dapat mengarahkan pada sebuah persekutuan buta.
Dan kau akan
dipusingkan di sana setelah melalui perjalanan panjang dengan banyak
persimpangan, dan sulit untuk keluar dari jalan yang salah. Sementara itu,
fondasi ekonomi yang telah diletakkan telah bekerja merongrong perkembangan
kesadaran. Untuk membangun komunisme adalah perlu, secara simultan dengan
landasan material baru, membangun manusia baru.
Itulah sebabnya
amat penting memilih instrumen yang tepat untuk memobilisasi massa. Pada
dasarnya, instrumen itu harus berkarakter moral, tanpa mengabaikan,
bagaimanapun juga, penggunaan secara tepat insentif materi--khususnya yang
berkarakter sosial.
Sebagaimana
telah saya katakan, di saat-saat ada resiko besar adalah mudah untuk menggalang
tanggapan kuat bagi rangsangan moral; Untuk memperkuat efeknya, bagaimanapun
juga, mempersyaratkan perkembangan sebuah kesadaran dimana ada skala nilai
baru. Masyarakat secara keseluruhan harus dibalikkan menjadi sebuah sekolah
raksasa.
Dalam pemaparan
ringkas fenomena ini, adalah sama seperti proses dimana kesadaran kapitalis
terbentuk dalam periode awalnya. Kapitalisme menggunakan kekuatan tapi justru
itu mendidik orang akan sistem tersebut. Propaganda langsung dilakukan dengan
menjelaskan keniscayaan masyarakat kelas, apakah melalui teori asal-usul takdir
atau teori mekanika hukum alam.
Pendidikan ini
membodohi massa, karena mereka memandang dirinya sebagai makhluk yang ditindas
oleh sebuah kekuatan jahat dimana mereka tidak mungkin menentangnya.Datanglah
saatnya harapan baru untuk memperbaikinya--dan hal ini, kapitalisme berbeda
dari sistem kasta yang paling awal, dimana tak ada jalan keluar yang
ditawarkan.
Bagi beberapa
orang, prinsip sistem kasta akan tetap memberi efek: hadiah bagi yang taat akan
diterima setelah kematian di dunia lain dimana, menurut keyakinan lama, orang
baik akan diberi hadiah. Bagi orang lain ada inovasi ini: pembagian kelas
ditentukan oleh takdir, namun individu dapat bangkit keluar dari kelasnya
melalui kerja, inisiatif, dsb.
Kedua ideologi
ini dan mitos tentang manusia individu membentuk dirinya sendiri, jelas-jelas
merupakan kebohongan: ia sudah menunjukkan dirinya, bahwa sebuah kebohongan
akan adanya klas permanen adalah kebenaran.
Dalam kasus
kami, pendidikan langsung memperoleh perhatian amat besar. Penjelasannya
meyakinkan karena ia benar adanya; tak ada dalih yang dibutuhkan untuknya. Ia
dilakukan oleh aparat pendidikan negara sebagai fungsi umum, teknik, pendidikan
ideologis melalui agen-agen seperti Menteri Pendidikan dan aparat
informasi partai.
Pendidikan diselenggarakan
diantara massa dan pembentukan sikap baru diarahkan untuk menjadi sebuah
kebiasaan. Massa terus-menerus membuat hal itu menjadi miliknya dan
mempengaruhi lainnya yang belum mendidik diri. Inilah bentuk pendidikan tak
langsung oleh massa, sebuah kekuatan lain.
Tapi proses
seperti ini harus dengan kesadaran; individu secara kontinyu merasakan impak
dari kekuatan sosial baru dan memandang bahwa ia melakukannya bukan semata-mata
dikehendaki oleh patokannya. Di bawah tekanan pendidikan tak langsung ia
mencoba menyesuaikan diri dengan situasi yang ia rasa benar dan jika ia kurang
berkembang ia akan terhambat dari pencapaian secara murni. Maka Ia mendidik
dirinya.
Dalam periode
pembangunan sosialisme ini kita dapat melihat lahirnya manusia baru. Citranya
belum sepenuhya rampung--dan tidak akan pernah rampung, karena proses ini akan
terus berlangsung dari generasi ke generasi sesuai perkembangan bentuk-bentuk
ekonomi baru.
Di samping itu,
mereka yang kurang terdidik akan memilih jalan sendirian dalam mencapai
pemenuhan ambisi-ambisi pribadinya mereka ini ada--bahkan di dalam panorama
baru dari kesatuan derap langkah ke depan--mereka yang memiliki kecenderungan
berjalan memisahkan diri dari massa yang menyertainya. Namun, yang penting
adalah bahwa setiap hari orang memperoleh lebih banyak kesadaran akan kebutuhan
untuk senantiasa beriringan di dalam masyarakat dan, pada saat yang sama,
pentingnya berperan sebagai motor masyarakat itu.
Mereka tidak
lagi sepenuhnya sendirian dan kehilangan petunjuk mencapai aspirasi di
kejauhan. Mereka mengikuti pelopornya, yang terdiri dari partai, buruh-buruh
yang sudah maju, manusia-manusia maju yang berjalan dalam kesatuan dengan massa
dan dalam kerukunan yang erat dengan mereka. Pelopor mengarahkan pandangannya ke
masa depan, namun bukan pandangan dari individu. Buahnya adalah sebuah
masyarakat baru dimana manusia tidak akan memiliki perbedaan derajat:
masyarakat manusia komunis.
Jalan ke arah
sana panjang dan penuh kesulitan. Ada kalanya kita kehilangan arah dan harus
kembali; Di saat lain kita terlalu cepat dan terpisah dari massa. Kadang-kadang
kita terlampau lamban dan merasa hanya berjalan ditempat saja. Dalam semangat
kita sebagai revolusioner kita mencoba bergerak maju secepatnya, membersihkan
jalan. Namun kita tahu kita harus memelihara diri kita agar dekat terus dengan
massa dan hal itu dapat dicapai lebih cepat hanya bilamana kita mengilhaminya
dari contoh-contoh yang kita berikan.
Meski betapa
penting adanya stimuli moral, kenyataan masih adanya pembagian ke dalam dua
kelompok utama (tentu saja, di luar kaum minoritas yang karena satu dan lain
alasan tidak berpartisipasi dalam pembangunan sosialisme) menunjukkan jarak
relatif dari perkembangan kesadaran sosial.
Kelompok pelopor
secara ideologis lebih maju dari massa; massa memahami nilai-nilai baru, tapi
tidak secara memadai. Sementara pelopor sudah ada perubahan kualitatif yang
memungkinkannya membuat pengorbanan sesuai kapasitasnya sebagai pelopor yang
maju, massa hanya melihat sebagai gambar dan masih harus diberi rangsangan dan
didorong terus hingga mencapai intensitas tertentu. Di sinilah kediktatoran
proletariat bekerja, bukan hanya mendidik kelas yang telah dikalahkan (burjuis)
tetapi juga individu-individu dari kelas yang menang (proletariat dan kelas
tertindas lainnya).
Semua itu
berarti bahwa keberhasilan menyeluruh dari serangkaian mekanisme dari
lembaga-lembaga revolusioner, dibutuhkan. Sejalan dengan citra derap langkah maju
ke masa depan menghasilkan konsep institusionalisasi sebagai sebuah keselarasan
seperangkat saluran, langkah, pengendalian, dan minyak pelumas mekanisme yang
memudahkan langkah maju, yang memfasilitasi seleksi alam dari mereka yang
melangkah menuju masa depan bersama pelopor, dan pemberian hadiah bagi mereka
yang memenuhi kewajiban dan hukuman bagi mereka yang melakukan kejahatan
menentang masyarakat yang sedang dibangun.
Institusionalisasi
revolusi itu masih belum tercapai. Kita mencari sesuatu yang baru yang
memperlancar identifikasi total diantara pemerintah dan komunitas secara
keseluruhan, sesuatu yang layak untuk kondisi khusus dalam pembangunan
sosialisme; sementara itu menghindarkan dengan sungguh-sungguh untuk
mencangkokkan demokrasi burjuis--seperti dewan legislatif, misalnya--ke dalam
masyarakat yang sedang dalam pembentukan.
Beberapa
eksperimen yang ditujukan untuk pelembagaan secara gradual dari revolusi telah
dilakukan, namun tanpa grusa-grusu. Pengereman masih harus sering dilakukan;
jika tidak, maka akan nampak formalitas yang bisa memisahkan kita dari massa
dan dari individu, yang akan membuat kita kehilangan pandangan pokok dan
aspirasi revolusioner yang paling penting: menemukan manusia terbebaskan dari
keterasingannya.
Meskipun kekurangan
institusi, yang harus diatasi secara gradual, massa sekarang sedang membuat
sejarah sebagai kumpulan individu berkesadaran yang berjuang demi tujuan yang
sama. Manusia di bawah sosialisme, meskipun penampakannya distandarisasi, jauh
lebih lengkap. Meskipun kekurangan mekanisme sempurna untuk itu, peluangnya
untuk mengekspresikan dirinya dan membuat dirinya merasa dalam organisme sosial
jauh lebih besar.
Ini masih perlu
untuk memperdalam kesadaran partisipasinya, individu dan kolektif, di semua
mekanisme manajemen dan produksi, dan untuk mengikatkan hal ini dengan ide
kebutuhan terhadap teknik dan pendidikan ideologis, sehingga ia melihat
bagaimana saling keterkaitan proses-proses itu dan bagaimana kemajuan mereka
adalah paralel. Dalam cara ini ia akan mencapai kesadaran total makhluk
sosialnya, yang ekivalen untuk realisasi penuhnya sebagai makhluk manusia, dan
pada saat itu rantai keterasingan telah diputuskan.
Ini harus
diterjemahkan secara kongkret melalui kerja bebas dan ekspresi dari kondisi
kemanusiaannya sendiri melalui kebudayaan dan seni.
Untuk itu, kerja
harus memperoleh sebuah kedudukan baru. Manusia sebagai sebuah komoditi harus
diakhiri, dan sebuah sistem perlu dijalankan yang menetapkan sistem kuota
sebagai bentuk pemenuhan kewajiban sosialnya. Alat produksi dimiliki
masyarakat, dan mesin hanyalah saluran melalui mana kewajiban dipenuhi. Manusia
mulai melepaskan pikiran yang mengganggu: kenyataan bahwa kerja dibutuhkan
untuk memuaskan kebutuhan hewaninya.
Ia mulai
memandang dirinya tercermin dalam kerjanya dan memahami kedudukan penuhnya
sebagai makhluk manusia melalui obyek yang diciptakan, melalui kerja yang
diselesaikan. Kerja bukan lagi menuntut penyerahan sebagian dari kemanusiannya
dalam bentuk tenaga kerja yang harus dijual, yang mana bukan lagi menjadi
miliknya, melainkan merepresentasikan pengungkapan dirinya ke luar, sebuah
sumbangan bagi kehidupan bersama dimana ia diwakili di situ, sebuah pemenuhan
kewajiban sosialnya.
Kita melakukan
segala sesuatu yang mungkin untuk memberikan kerja sebuah status baru berupa
kewajiban sosial dan mengkaitkannya di satu sisi dengan perkembangan teknologi.
yang akan menciptakan kondisi bagi kebebasan yang lebih besar, dan di sisi lain
dengan kerja sukarela berdasarkan pengertian Marxist bahwa manusia akan
mencapai kondisi kemanusiaannya secara sejati bilamana ia berproduksi tanpa
dipaksa oleh desakan kebutuhan fisiknya dimana ia harus menjual dirinya sebagai
komoditi.
Tentu saja,
masih ada faktor lain bahkan ketika kerja merupakan kerja sukarela. Manusia
belum mentransformasikan faktor paksaan yang melingkupi dirinya ke dalam
refleks-refleks terkondisi dari sebuah watak sosial, dan dalam beberapa kasus
ia masih berproduksi di bawah tekanan lingkungan. (Fidel menyebutnya tekanan
moral.)
Ia masih harus
menderita untuk melengkapkan kelahiran kembali semangat terhadap kerjanya,ter
bebaskan dari tekanan langsung lingkungan sosialnya, walaupun mengkaitkannya
melalui kebiasaan-kebiasaan barunya. Dengan demikianlah akan terbentuk
komunisme.
Perubahan kesadaran
tidak berlangsung secara otomatis sebagaimana halnya ekonomi tidak berubah
secara otomatis. Perubahannya perlahan dan tidak ritmis, ada periode kemajuan
(akselerasi) kadang amat lamban, dan bahkan mengalami kemunduran.
Lebih lanjut
kita musti ingat, sebagaimana saya nyatakan sebelumnya, bahwa kita tidak
membahas periode transisi belaka, sebagaimana telah Marx nyatakan dalam "Critique
of the Gotha Program" nya, namun lebih berkenaan dengan sebuah fase
baru yang tidak diramalkannya: sebuah periode awal transisi menuju komunisme,
atau periode pembangunan sosialisme. Periode yang kita bicarakan ini
berlangsung di tengah-tengah perjuangan kelas dengan kekerasan, dan dengan
elemen-elemen kapitalisme di dalamnya yang mengaburkan pemahaman esensinya.
Bilamana kita
menambahkan di sini skolastikisme yang hendak melacak ke belaiang perkembangan
filsafat Marxist dan mendesakkan perlakuan sistematik dari periode transisi,
dimana ekonomi politik belum berkembanq, kita musti menerima bahwa kita masih
dangkal dan perlu mencurahkan diri untuk menggali semua karakteristik
prinsipiil dari periode tersebut sebelum mengelaborasi sebuah teori politik dan
ekonomi dalam ruang lingkup yang lebih besar.
Menghasilkan
teori akan, tak ragu lagi, menempatkan tekanan besar pada dua pilar konstruksi
sosialisme: pendidikan manusia baru dan perkembangan teknologi. Banyak yang
masih harus dikerjakan dalam dua hal ini, dan kelambatan dalam konsep teknologi
sebagai landasan ekonomi harus segera dikejar meskipun jalan ke arah itu sudah dibuka
sebelumnya oleh negara-negara yang lebih maju. Itulah sebabnya mengapa Fidel
dengan lantang menyerukan pentingnya pendidikan teknologi dan ilmu pengetahuan
bagi rakyat kami dan khususnya para pelopornya.
Dalam bidang ide
yang tidak mengarah pada aktivitas yang mencakup pelibatan produksi, lebih
mudah melihat pembagian antara kebutuhan spiritual dan material. Sudah sekian
lamanya manusia berusaha membebaskan dirinya dari keterasingan melalui
kebudayaan dan seni. Sementara itu ia mati setiap hari selama delapan jam atau
lebih karena ia berfungsi sebagai komoditi, ia berusaha menghidupkan dirinya
kembali melalui kreasi spiritualnya.
Namun obat ini
melahirkan kuman penyakit yang sama pula: ia merupakan individu tersendiri yang
mencari keselarasan dengan lingkungannya. Ia mempertahankan individualitasnya
yang ditindas dan bereaksi pada ide-ide estetika sebagai makluk unik yang
aspirasinya tetap tak ternoda(untarnished.
Itu tidak lebih
dari usaha melarikan diri. Hukum nilai bukan lagi sebuah refleksi hubungan
produksi yang sederhana: Monopoli kapitalis--bahkan dengan menggunakan metoda
empiris murni-- mengepung seni tersebut dengan jaring yang ruwet yang
membuatnya menjadi sekedar alat belaka. Superstruktur menuntut sejenis seni
dimana artis harus dididik di dalamnya. Pemberontak ditundukkan oleh mesin, dan
hanya bakat-bakat pengecualian saja yang bisa menciptakan karyanya sendiri.
Sebagian besar lainnya menjadi orang sewaan yang malu-malu atau akan
dihancurkan.
Sekolah
"kebebasan" artistik diciptakan, namun nilainya terbatas hingga kita
berbenturan dengannya--dengan kata lain, hingga problem riil manusia dan
keterasingannya muncul. Kegusaran yang tak karuan juntrungannya atau
hiburan-hiburan vulgar menjadi katup pengaman bagi kegelisahan manusia. Ide
tentang penggunaan seni sebagai senjata protes mulai diperjuangkan.
Mereka yang
bermain sesuai dengan aturan yang ada ditaburi dengan penghargaan-penghargaan--
seperti halnya seekor kera yang bisa menari. Kondisi yang diciptakan (impose)
adalah bahwa seseorang tidak bisa menghindar dari sangkar yang tidak nyata itu.
Ketika revolusi
mengambil kekuasaan, banyak terjadi eksodus dari mereka yang selama ini tidak
pernah patuh sepenuhnya pada aturan main yang ada; sebagian besar --apakah
mereka kaum revolusioner atau bukan-- melihat ada jalan baru yang terbentang.
Penggalian artistik mengalami impuls baru. Jalan, bagaimanapun juga, kurang
lebih telah diletakkan, dan konsep eskapis menyembunyikan dirinya dibalik kata
'kebebasan'. Sikap ini seringkali ditemukan bahkan diantara kaum revolusioner
sendiri, sebagai sebuah refleksi idealisme burjuis di dalam kesadaran mereka.
Di negara-negara
yang melangkah melalui proses yang serupa, ada yang berusaha memerangi
kecenderungan ini dengan dogmatisme yang berlebih-lebihan. Kebudayaan umum
sebetulnya sebuah tabu, dan puncak aspirasi kebudayaan disebut gambaran alam
secara formal. Reprentasi ini ditransformasikan menjadi sebuah representasi
mekanis dari kenyataan sosial yang ingin mereka tunjukkan: masyarakat ideal,
hampir tanpa konflik atau kontradiksi, dimana mereka berusaha ciptakan.
Sosialisme masih
muda dan memiliki banyak kesalahan. Kami kaum revolusioner sering kekurangan
pengetahuan dan keberanian intelektual yang dibutuhkan untuk memenuhi tugas
membangun manusia baru dengan metoda baru yang berbeda dengan metoda
konvensional dan metoda-metoda konvensional korban dari pengaruh masyarakat
yang menciptakannya.
(Sekali lagi
tema hubungan antara bentuk dan isi kemanusiaan.)
Disorientasi
meluas dan kami disibukkan oleh masalah-masalah konstruksi material. Tak ada
seniman (artists) dengan otoritas besar yang pada saat bersamaan memiliki
otoritas revolusioner besar. Anggota Partai harus mengambil tugas ini dan
berusaha mencapai tujuan utama, mendidik rakyat.
Apa yang
diusahakan selanjutnya adalah penyederhanaan. Sesuatu yang dapat dipahami oleh
setiap orang, sesuatu yang dapat dipahami para fungsionaris. Penggalian
artistik murni diakhiri, dan masalah kebudayaan umum disusutkan untuk mengambil
beberapa hal dari kehadiran sosialis dan beberapa lainnya dari masa lampau yang
telah mati (karena itu, tidak berbahaya). Jadi realisme sosialis muncul atas
dasar seni abad lampau.
Namun seni
realistik abad ke sembilan belas juga memiliki watak kelas, mungkin kapitalis
yang lebih murni daripada seni dekaden abad-ke dua puluh ini yang menampilkan
kegusaran manusia terasing. Dalam bidang kebudayaan, kapitalisme telah
memberikan semua yang harus ia berikan, dan tak ada yang tersisa kecuali bau
busuk bangkainya, dekadensi seni-nya dewasa ini.
Namun mengapa
berusaha menemukan hanya resep-resep handal dalam bentuk-bentuk Realisme
Sosialis yang telah beku? Kita tidak dapat memamerkan 'kebebasan' realisme
sosialis, karena ia belum ada dan tidak akan ada hingga perkembangan penuh dari
masyarakat baru. Namun kita tidak dapat, dari penghitungan seluruh beaya
realisme, menghujat semua bentuk seni sejak paruh pertama abad ke sembilan
belas, karena kita akan jatuh ke dalam kesalahan kembali ke masa lampau ala
Proudhon, dengan menutup ekspresi artistik dari manusia yang sedang lahir dalam
proses pembentukan diri.
Apa yang
dibutuhkan adalah pengembangan sebuah mekanisme kebudayaan-ideologis yang mengijinkan
baik penggalian bebas dan pembersihan rumput-rumput liar yang sedimikian
mudahnya tumbuh di atas tanah yang telah dipupuk oleh tunjangan negara.
Di negeri kami
kekeliruan realisme mekanis tidak nampak, tetapi lebih nampak lawannya. Dan hal
tersebut demikian karena kebutuhan untuk menciptakan pembentukan manusia baru
belum dipahami, manusia baru yang bukan menggambarkan ide abad ke sembilan
belas maupun ide abad kita yang dekaden dan tak sehat ini.
Apa yang harus
kita ciptakan adalah manusia abad ke dua puluh satu, walaupun ini masih
aspirasi subyektif, belum disistematisasikan. Sesungguhnya inilah salah satu
sasaran fundamental studi dan pekerjaan kita. Untuk tingkat keberhasilan
konkret yang kita capai pada perencanaan teoritik--atau, sebaliknya, pada
tingkat kesimpulan teoritik yang kita tarik dari karakter luas atas dasar riset
kongkret kita --kita pasti akan membuat sumbangan bernilai bagi
Marxisme-Leninisme, demi kemanusiaan.
Dengan bereaksi
menentang manusia abad ke sembilan belas kita masuk ke dalam dekadensi abad ke
dua puluh; itu bukanlah kesalahan telak, namun kita harus mengikisnya agar kita
tidak terperosok ke dalam revisionisme.
Penumpukan terus
berkembang; ide baru memperoleh momentum bagus di dalam masyarakat.
Peluang-peluang material bagi perkembangan kesatuan seluruh anggota masyarakat
membuat tugas membuahkan lebih banyak buahnya. Masa kini adalah masa
perjuangan; masa depan merupakan milik kita.
Ringkasannya,
kesalahan kebanyakan artis dan intelektual kita terletak dalam dosa asal
mereka: mereka bukan revolusioner sejati. Kita bisa saja menggosok-gosok pohon
elm hingga menghasilkan pohon pears, namun pada saat yang sama kita musti
menanam pohon pear. Generasi baru akan lahir terbebas dari dosa asal.
Kemungkinan-kemungkinan bahwa seniman-seniman besar akan muncul harus lebih
besar lagi hingga ke tingkat dimana bidang kebudayaan dan
kemungkinan-kemungkinan untuk ekspresi diperluas.
Tugas kita
adalah menjaga generasi sekarang, diguncang oleh konflik-konfliknya, dari
kemurtadan dan dari pembelotan generasi baru. kita tidak hendak menciptakan
hamba-hamba pikiran resmi yang dungu, atau 'siswa-siswa bea-siswa' yanq hidup
atas beaya negara --mempraktekkan " kebebasan" yang mengekor saja.
Kaum revolusioner masa depan akan menyanyikan lagu manusia baru dengan suara
murni dari rakyat. Ini merupakan proses yang membutuhkan waktu.
Dalam masyarakat
kami, kaum-muda dan Partai memainkan peran besar.
Kaum muda
penting karena ia merupakan tanah liat yang lentur dan mudah dibentuk-dari mana
manusia baru dapat dibangun tanpa ada bekas-bekas lama. Kaum muda dapat
dibentuk sesuai dengan aspirasi-aspirasi kami. Pendidikan mereka setiap hari
semakin lengkap, dan kami tidak mengabaikan integrasi kami ke dalam kerja sejak
awal. Mahasiswa-mahasiswa beasiswa kami melakukan kerja fisik selama musim
libur mereka atau selama waktu belajar mereka. Dalam beberapa kasus kerja
merupakan hadiah, cara pendidikan lain, namun ia tidak pernah merupakan
hukuman. Sebuah generasi baru sedang dilahirkan.
Partai merupakan
organisasi pelopor. la terdiri dari buruh buruh yang terbaik, yang pengajuan
keanggotaannya dilakukan oleh kawan-kawan sekerjanya. Partai adalah golongan
minoritas, namun memiliki otoritas yang besar karena kualitas kadernya.
Aspirasi kami adalah bahwa partai menjadi sebuah partai massa, namun hanya ada
saat massa telah mencapai tingkat pelopor. Yakni, ketika massa terdidik bagi
komunisme.
Kerja kami
secara konstan bertujuan pada pendidikan ini. Partai merupakan contoh hidup;
kader-kadernya harus diajari kerja keras dan berani berkorban. Melalui tindakan
mereka, mereka harus mengarahkan massa untuk melengkapi tugas-tugas
revolusioner, dan ini mencakup tahun-tahun perjuangan keras melawan
kesulitan-kesulitan pembangunan, musuh-musuh kelas, penyakit-penyakit masa
lampau, imperialisme...
Sekarang, saya
hendak menjelaskan peranan yang dimainkan oleh individu, oleh manusia sebagai
individu di dalam massa yang membuat sejarah. Ini adalah pengalaman kami; ini
bukanlah resep.
Fidel memberikan
impuls-impuls revolusi di tahun-tahun pertama, dan juga kepemimpinannya. Ia
selalu mengatur nadanya. Selain itu terdapat sekelompok kaum revolusioner yang
tumbuh di atas jalan yang sama sebagai pimpinan pusat. Dan ada massa besar yang
mengikuti pemimpinnya, karena yakin terhadap pemimpinnya.
Massa memiliki
kepercayaan kepada pemimpinnya karena pemimpin itu mengetahui bagaimana
menginterpretasikan aspirasi massa.
Tak jadi soal,
berapa kilogram makanan yang seseorang harus makan, ataupun berapa kali dalam
satu tahun seseorang pergi ke pantai, atau berapa banyak barang-barang bagus
dari luar negeri yang bisa kau beli dengan uang yang kau peroleh dari gajimu
saat ini; Persoalannya adalah membuat individu merasa lebih komplet, dengan
kesempurnaan internal dan tanggung jawab yang lebih besar.
Individu di
negeri kami mengetahui bahwa saat-saat mulia yang terjadi dalam hidupnya adalah
saat pengorbanan; kami akrab dengan pengorbanan. Mereka yang pertama kali akrab
dengan pengorbanan adalah para pejuang di Sierra Maestra dan selanjutnya juga
di tempat-tempat lainnya, barulah setelah itu seluruh Kuba mengetahuinya. Kuba
merupakan pelopor Amerika Latin dan harus membuat pengorbanan karena ia
menduduki posisi garda terdepan, karena ia mengajarkan pada massa Amerika Latin
jalan menuju kebebasan penuh.
Di dalam negeri,
kepemimpinan menjalankan peran pelopornya. Dan harus dikatakan di sini dengan
setulus-tulusnya bahwa dalam sebuah revolusi riil, dimana seseorang memberikan
seluruh miliknya dan dari mana seseorang tidak mengharapkan hadiah materi darinya,
tugas dari revolusioner pelopor adalah indah dan sekaligus penuh penderitaan.
Dengan resiko
nampak sebagai hal yang ganjil, ijinkanlah saya mengatakan bahwa revolusioner
sejati senantiasa dibimbing oleh perasaan kecintaan yang dalam. Adalah mustahil
membayangkan seorang revolusioner sejati yang tidak memiliki kualitas ini.
Agaknya inilah drama terbesar dari seorang pemimpin yang harus menggabungkan
semangat yang menyala-nyala dengan intelegensi dingin dan membuat
keputusan-keputusan yang berat dan menyakitkan tanpa menghindarinya. K kaum
pelopor revolusioner kami harus membuat ideal kecintaan pada rakyat ini, pada
sebab-sebab pengorbanan, membuatnya satu dan tak bisa ditawar-tawar lagi.
Mereka tidak bisa kurang dari persyaratan itu, yaitu dengan kadar kecintaan
yang dangkal, setingkat mana manusia biasa menempatkan cintanya ke dalam
prakteknya.
Pemimpin
revolusi memiliki anak-anak yang baru mulai bisa bicara, yang tidak belajar
memanggil ayahnya dengan nama; mereka memiliki istri atau suami yang merupakan
bagian dari pengorbanan hidupnya dalam rangka memilih revolusi sebagai
takdirnya; Lingkaran kawan-kawannya secara ketat dibatasi pada lingkaran
kawan-kawan revolusi. Tidak ada kehidupan lain di luar itu.
Dalam keadaan
seperti ini seseorang harus memiliki kadar kemanusiaan yang tinggi, kadar rasa
keadilan dan kebenaran yang tinggi agar tidak jatuh ke dalam dogmatisme
ekstrem, ke dalam cara pandang sekolahan yang dingin, keterasingan dari massa.
Kita harus berusaha secara gigih sedemikian rupa setiap hari sehingga cinta
kemanusiaan kita ditransformasikan ke dalam tingkah laku nyata, ke dalam
tindakan yang menunjukkan contoh-contoh, sebagai kekuatan penggerak.
Revolusioner,
kekuatan motor ideologis dari revolusi di dalam partai kita, dijejali oleh tugas-tugas
yang tanpa henti-hentinya muncul dan hanya berakhir dengan kematian, terkecuali
jika pembangunan sosialisme skala dunia telah rampung. Bila semangat
revolusioner telah tumpul pada saat tugas-tugas yang amat mendesak harus
dirampungkan di skala lokal dan ia mengabaikan tentang internasionalisme
proletariat, maka revolusi sebagai kekuatan pendorong akan menjadi mandeg dan
terperosok ke dalam keloyoan dimana imperialisme, musuh kita yang tak bisa
ditawar-tawar lagi, akan memanfaatkannya guna memperoleh pijakannya.
Internasionalisme proletariat merupakan sebuah kewajiban, namun ia juga
merupakan kebutuhan revolusioner. Beginilah cara kami mendidik rakyat kami.
Tentu saja ada
bahaya di dalam situasi sekarang ini, dimana bukan hanya berupa dogmatisme, bukan
hanya mengendurnya ikatan dengan massa, di tengah-tengah tugas berat. Bahaya
yang lain adalah kelemahan yang ada pada diri kami sendiri. Seandainya
seseorang berpikir hendak mengabdikan keseluruhan hidupnya bagi revolusi maka
ini berarti bahwa ia tidak akan terganggu oleh kekhawatiran seperti
anak-anaknya akan kekurangan atau kehilangan sesuatu, bahwa sepatu
anaknya telah usang dan robek dan harus segera diganti, bahwa keluarganya
kekurangan dan butuh akan barang-barang tertentu, dimana demi memenuhi kekurangan-kekurangan
itu ia menyediakan dirinya dimasuki oleh kuman-kuman tindak korupsi.
Dalam hal
seperti itu kami, sebagai revolusioner pelopor, harus memandang bahwa anak-anak
kami harus dibiasakan dan diajak untuk tidak memiliki sesuatu barang jika anak-anak
dari rakyat umumnyapun tidak memiliki barang seperti itu, dan keluarga kita
harus memahami hal ini dan hidup dengan cara seperti ini. Revolusi tercipta
melalui manusia, namun manusia harus mengasah semangat revolusionernya hari
demi hari.
Beginilah cara
kami melangkah. Di ujung tiang pokok –kita tak perlu malu atau takut
menyatakannya-- adalah Fidel Castro. Di belakangnya adalah kader-kader partai
terbaik, dan di belakang mereka, sedemikian dekatnya mereka sehingga kita bisa
merasakan kekuatan dahsyatnya, muncullah rakyat dengan keseluruhannya, sebuah
struktur yang kukuh dari individu-individu yang bergerak menuju tujuan sama,
individu-individu yang memperoleh kesadaran tentang apa yang harus dilakukan,
manusia yang berjuang untuk menghindar dari kenyataan keterpaksaan dan memasuki
kebebasan.
Kumpulan manusia
(great throng) yang begitu besar ini mengorganisasi dirinya;
organisasinya merupakan hasil dari kesadarannya terhadap perlunya organisasi
itu. Ia bukan lagi merupakan kekuatan yang terpecah-pecah, terbagi-bagi ke
dalam ratusan gumpalan yang terlempar ke udara bak pecahan granat, yang mencoba
segala macam cara untuk mencapai perlindungan dari sebuah masa depan tak jelas,
dalam sebuah pertarungan sengit dengan kawan-kawannya sendiri.
Kita mengetahui
bahwa pengorbanan ada dihadapan kita dan kita harus membayar sebuah harga demi
fakta heroik dimana kita? sebagai sebuah bangsa, merupakan pelopor kita,
sebagai pemimpin, mengetahui beaya yang harus kita bayar demi hak untuk
menyatakan bahwa kita adalah pemimpin rakyat yang pemimpin benua Amerika Latin.
Masing-masing dari kita harus membayar secara penuh jatah pengorbanan kita,
makhluk yang memiliki kesadaran bahwa hadiah yang kita terima tak lain
merupakan kepuasan bila mampu memenuhi kewajiban, kesadaran maju bersama dengan
setiap orang menuju manusia baru yang nampak di cakrawala.
Ijinkanlah saya
menarik beberapa kesimpulan: Kami kaum sosialis, lebih bebas karena kami lebih
lengkap, kami lebih lengkap karena kami lebih bebas. Kerangka kebebasan
menyeluruh kami telah terbentuk. Daging dan bajunya masih belum ada, kita akan
menciptakannya. Kebebasan kami dan topangannya sehari-hari kami bayar dengan darah
dan pengorbanan kami.
Pengorbanan kami disadari: beaya yang harus dibayar bagi kebebasan yang sedang kami bangun. Jalan ini panjang dan sebagian tidak kita ketahui kami menyadari keterbatasan kami, kami akan menciptakan manusia abad ke dua puluh satu--kami, diri kami. Kami akan menempa diri kami dalam tindakan sehari-hari; menciptakan manusia baru dengan teknologi baru. Individu memainkan peranan dalam memobilisasi dan mengarahkan massa sepanjang ia memiliki kebajikan yang amat tinggi dan aspirasi tentang rakyat dan tidak menyeleweng dari jalur. Untuk membersihkan jalan dilakukan oleh kelompok pelopor, yang terbaik dari segalanya, yaitu Partai.
Pengorbanan kami disadari: beaya yang harus dibayar bagi kebebasan yang sedang kami bangun. Jalan ini panjang dan sebagian tidak kita ketahui kami menyadari keterbatasan kami, kami akan menciptakan manusia abad ke dua puluh satu--kami, diri kami. Kami akan menempa diri kami dalam tindakan sehari-hari; menciptakan manusia baru dengan teknologi baru. Individu memainkan peranan dalam memobilisasi dan mengarahkan massa sepanjang ia memiliki kebajikan yang amat tinggi dan aspirasi tentang rakyat dan tidak menyeleweng dari jalur. Untuk membersihkan jalan dilakukan oleh kelompok pelopor, yang terbaik dari segalanya, yaitu Partai.
Basis sasaran
(basic clay)dari pekerjaan kami adalah pemuda. Kami menempatkan harapan kami
pada mereka dan mempersiapkan mereka mengambil panji-panji dari tangan kami.
Jika surat yang
penuh kekurangan ini (inarticulate letter) menjelaskan sesuatu berarti dia
menunjukkan obyektivitas yang mendasarinya. Aku tutup dengan salam
kita--sebagaimana kebiasaan jabat tangan atau satu "Ave Maria
Purissima"--Tanah Air atau Mati!
CHE GUEVARA (1965)
No comments:
Post a Comment