Ia krab disapa Mimi oleh keluarga dan beberapa sahabat dekatnya, dilinkungan kerja serta para penggiat HAM ia lebih dikenal dengan nama Rut. Dimedia social facebook, pemilik akun MCP ini menggunakan menggukan nama tengahnya “Miseriko Ohoiwutun” sedangkan di Instagram menggunakan ID @ruth_miseriko dan twitter “Ruth Ohoiwutun” dengan ID @miseriko1 .
Akun MCP dibuatnya Januari 2019. Terhitung sampai hari ini sudah ada 5o-an video yang di uploud. Video ini berfariasi, mulai dari review buku-buku tertentu atau yang dia sukai, juga perjalannya ke beberapa lokasi spot wisata di Papua. Seperti Kota merauke, Boven Digoel, Serui, Sorong, hingga manokwari, tujuannya untuk mempromisokan wisata, ada lagi video interview narasumber dengan tema-tema tertentu, hingga video aktivitas sosialnya bersama berbagai kelompok muda di Jayapura.
Dari semua konten youtube miliknya yang paling ia rekomendasikan adalah review buku, dan interview. Mengapa? karena Review buku sendiri adalah alasan paling utama dibuatnya akun YouTube MCP. Sebelum membuat akun tersebut dia mengaku telah melakukan riset kecil di YouTube terkait bedah buku, review ataupun diskusi tentang buku-buku Papua di youtube, dan ternyata jarang sekali bahkan tidak ada anak-anak muda Papua, atau aktivis sosial lainya yang membuat akun dengan fokus pada kegiatan literasi khususnya mereview buku sebagai Tema utama di akun YouTube mereka, dari situlah Ia termotivasi untuk memulai. Makanya, jika dicek video-video pertama dari MCP, kebanyakan bicara tentang buku.
Rekomedasi kedua darinya adalah menonton video bertema wawancara atau interview dengan berbagai topik dan narasumber yang ditampilkan. Karena menurutnya, melakukan interview sama pentingnya dengan mereview buku. Sebab mereview buku saja, akan sangat monoton dan membosankan menurutnya, Ia khawatir ia sendiri yang akan banyak bicara menjelaskan isi buku hingga orang bosan mendengar dan menontonnya dilayar laptop ataupun gawai mereka, tetapi interview, narasumberlah yang akan dimintai pendapatnya tentang isu tertentu dengan suasana dan nuansa yang berbeda.
Isi konten MCP terkait Interview dilakukan sesuai dengan tema-tema dan momentum tertentu. Misalnya saja pada momentum 16 Hari Kampanye Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (16 HAKTP) yang jatuh pada 16 November-10 Desember 2020 lalu. Rut berinisiatif menghubungi beberapa orang aktivis perempuan yang dikenalnya. Diantaranya ada Saudari Aprilia Wayar Novelis dan Jurnalis Papua, ada Saudari Yuliana Languwuyo Direktris SKPKC Fransiskan Papua, Ibu Irene Waromi yang aktivis di Jaringan Damai Papua tetapi juga bergeran di Pokja Perempuan Dean Adat Papua dan Anna Soor, seorang perempuan asal Biak-Muyu. Anna bekerja sebagai tenaga Pendamping pada Program Pembangunan Desan Mandiri (PPDM) khusus Petani Kopi di Kabupaten Yahukimo. Pada Hari perempuan Internasional 8 Maret lalu, dia juga mengadakan diskusi dengan teman-teman alumni Sekolah Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi (SSKR) dari Perkumpulan Samsara.
Interview Peserta SSKR/Samsara
Menuritnya di kemudian hari, dengan kesiapan yang samakin baik, interview serupa akan diperbanyak sebagai media dan pendidikan kritis.
Interview seperti ini akan sangat bermanfaat menurutnya. Karena pikiran-pikiran dari para aktivis perempuan, para pemuda yang bekerja dengan rakyat selama ini bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk melihat Papua secara berimbang dan mau bekerja keras untuk Papua yang lebih baik.
Suara mereka tidak pernah mendapatkan tempat di stasion TV lokal selama ini, padahal pekerja-pekerja sosial seperti ini amat penting perannya. Rut mengatakan ini karena pada 2011 dia pernah menjadi Host acara talkshow (Bincang-bincang) yang disiarkan live setiap akhir pekan di salah satu Station TV Swasta Lokal di Kota Jayapura. Acara talkshow yang dibawakannya tentu menggunakan metode interview interview. Meski demikian, kebanyakan narasumbernya adalah para pejabat dan militer, suara dari bawah justru kurang. Sehingga dengan interview di youtube ini dia merasa seperti memiliki acara sendiri dan bebas menentukan apa maunya.
Walaupun akun channel ini relatif baru dan melawan arus, popularitas serta minat para penikmat YouTube, yang mana selama ini didominasi konten dengan tema cerita lucu,Lagu rap, video clip, tutorial-tutorial ini dan itu hingga wisata; Rut tetap membuat konten dengan warnanya sendiri. Selama setahun ini, dia aktif di Youtube dan sudah punya pemirsa sendiri, bisa dilihat dari meningkatnya pengikut melalui subscribernya di YouTube, view pada konten acara atau video tertetu yang meningkat ratusan bahkan seribuan hingga tiga ribu view. Itu adalah keberhasilan menurutnya, katanya untuk membuat satu event formal dengan hadirin yang mencapai seratus saja para aktivis sudah mengeluarkan uang jutaan, ini bahkan tidak ada biaya sama sekali tetapi pesan-pesan diterima oleh nitizen dengan respon positif.
Pembeda MCP dengan akun youtube anak Papua lain adalah “kritik-kritik”. Jika dilihat, diikuti dengan seksama setiap tayangannya, kritik-kritik kepada pemerintah (kekuasaan) adalah wajib dalam tiap pesannya atau diakhir. Khususnya menyangkut Hak Asasi Manusia, Perempuan dan ketidakadilan, lingkungan, dan harapan-jarapan sebagai seornag pemuda bagi masa depan Papua yang lebih baik. Youtube menjadi satu tempat bagi Rut untuk mengepresikan keinginan politiknya, dan menyebarluaskan pengetahuan yang dia miliki. Karena menurutnya Papua bukan hanya soal keindahan alam, lelucon (Mop), trand music tertentu saja; tetapi menyangkut Kebenaran yang harus terus dibicarakan.
Dengan semangat aktivismenya itu Rut Berharap akan ada banyak anak muda khusus dari kalangan aktivis untuk ikut menjadikan youtube sebagai media untuk bersuara dengan cara-cara yang kreatif. Menyebarkan informasi, cerita sejarah, pelanggaran HAM, diskusi dan perdebatan sosial politik, sehingga tidak melulu menunggu momentum kegiatan lalu dibuatlah video untuh di uploud. Sudah saatnya para aktivis muda memanfaatkan youtube dan membuat arusnya sendiri.
Yason Ngelia
28 Maret 2020
No comments:
Post a Comment